• Mar 20, 2023

Neraca: Pengertian, Fungsi, Jenis, Komponen, dan Cara Membuat Neraca

by Leonard Wokal 2 weeks ago in Finance
Neraca: Pengertian, Fungsi, Jenis, Komponen, dan Cara Membuat Neraca

Pengertian Neraca

Neraca adalah salah satu laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca mencantumkan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas perusahaan.

Neraca digunakan untuk membantu pemilik perusahaan, investor, dan kreditur untuk memahami posisi keuangan perusahaan dan potensi keuntungan atau risiko yang terkait.

Fungsi Neraca

Dalam akuntansi Neraca memiliki beberapa fungsi dalam akuntansi, di antaranya:

  1. Menyediakan informasi tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu.
  2. Memperlihatkan struktur keuangan perusahaan, termasuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas.
  3. Membantu dalam pengambilan keputusan keuangan, seperti mengajukan pinjaman, investasi, atau pembelian aset.
  4. Memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengendalikan pengeluaran dan penerimaan secara lebih efektif.
  5. Membantu perusahaan untuk memenuhi persyaratan perpajakan dan peraturan lainnya.
  6. Memberikan informasi penting bagi para pihak yang berkepentingan dalam perusahaan, seperti pemilik, investor, dan kreditur.

Dalam keseluruhan, neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang sangat penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya secara efektif dan efisien.

Baca juga: Jurnal: Pengertian, Jenis, Manfaat, dan Struktur Jurnal

Jenis-Jenis Neraca

1. Neraca Lajur

Neraca lajur adalah jenis neraca yang mencatat transaksi ke dalam buku besar secara terperinci. Neraca lajur membantu perusahaan dalam memperoleh informasi yang lebih rinci tentang posisi keuangan perusahaan, sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.

Neraca lajur umumnya digunakan oleh perusahaan yang memiliki banyak transaksi dan ingin memperoleh informasi yang lebih terperinci.

2. Neraca Saldo

Neraca saldo adalah jenis neraca yang menyajikan informasi tentang saldo akun pada akhir periode akuntansi tertentu. Neraca saldo merupakan ringkasan dari seluruh transaksi yang telah terjadi selama periode tersebut dan memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan pada akhir periode.

Neraca saldo umumnya digunakan oleh perusahaan yang tidak memiliki banyak transaksi dan ingin memperoleh informasi yang lebih sederhana.

3. Neraca Konsolidasi

Neraca konsolidasi adalah jenis neraca yang menyajikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan induk dan anak perusahaan yang terkait.

Neraca konsolidasi memberikan gambaran tentang keseluruhan posisi keuangan perusahaan dan membantu dalam pengambilan keputusan strategis yang berkaitan dengan investasi dan pengembangan perusahaan.

Neraca konsolidasi umumnya digunakan oleh perusahaan yang memiliki anak perusahaan atau cabang di berbagai daerah atau negara.

4. Neraca Komparatif

Neraca komparatif adalah jenis neraca yang membandingkan posisi keuangan perusahaan pada dua periode akuntansi yang berbeda.

Neraca komparatif membantu perusahaan untuk memantau perubahan dalam posisi keuangan perusahaan dan mengevaluasi efektivitas strategi bisnis yang telah dilakukan.

Neraca komparatif umumnya digunakan oleh perusahaan yang ingin memperoleh informasi tentang perubahan dalam posisi keuangan perusahaan dan melakukan analisis tren dalam jangka waktu tertentu.

Baca juga: Investasi: Pengertian, Jenis, Keuntungan, Resiko, dan Cara Investasi Yang Benar

Komponen Neraca

Neraca terdiri dari tiga komponen utama: aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Setiap komponen memiliki sub-kategori yang dapat membantu memahami bagaimana komponen tersebut berkontribusi pada kesehatan keuangan perusahaan.

1. Aktiva

Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan, yang dapat memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Aktiva dibagi menjadi dua jenis: aktiva lancar dan aktiva tetap.

  • Aktiva Lancar adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan yang dapat dicairkan dalam waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan. Beberapa contoh dari aktiva lancar adalah kas, piutang, persediaan, dan investasi jangka pendek.
  • Aktiva Tetap adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan yang digunakan dalam operasi jangka panjang dan tidak diharapkan akan dicairkan dalam waktu dekat. Beberapa contoh dari aktiva tetap adalah bangunan, peralatan, dan kendaraan.

2. Kewajiban

Kewajiban adalah hutang yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Kewajiban dibagi menjadi dua jenis: kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.

  • Kewajiban Lancar adalah hutang yang harus dibayar oleh perusahaan dalam waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan. Beberapa contoh dari kewajiban lancar adalah hutang usaha, hutang bank, dan pajak yang harus dibayar.
  • Kewajiban Jangka Panjang adalah hutang yang harus dibayar oleh perusahaan dalam waktu lebih dari satu tahun. Beberapa contoh dari kewajiban jangka panjang adalah hutang obligasi dan hutang hipotek.

3. Ekuitas

Ekuitas adalah bagian dari aset perusahaan yang dimiliki oleh pemilik atau investor. Ekuitas dihitung dengan mengurangi total kewajiban perusahaan dari total aset perusahaan.

Ekuitas terdiri dari saham biasa, laba ditahan, dan surplus modal.

  • Saham Biasa adalah saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual kepada investor. Saham biasa memberikan hak kepemilikan dan hak suara kepada pemegang saham.
  • Laba Ditahan adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham dan disimpan oleh perusahaan. Laba ditahan dapat digunakan untuk membiayai investasi atau membayar hutang.
  • Surplus Modal adalah sisa modal yang tidak digunakan oleh perusahaan untuk tujuan tertentu, seperti untuk membiayai ekspansi atau membeli aset. Surplus modal seringkali disimpan oleh perusahaan untuk digunakan di masa depan.

Analisis Neraca

Analisis neraca adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan dan menentukan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek maupun panjang.

Analisis neraca dilakukan dengan menghitung rasio-rasio keuangan yang dihasilkan dari informasi yang terdapat pada neraca. Beberapa rasio keuangan yang umumnya digunakan dalam analisis neraca adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek. Rasio likuiditas dapat dihitung dengan membandingkan aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan.

Rasio likuiditas yang umumnya digunakan antara lain:

1.1 Current Ratio

Current Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek dengan membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Aktiva lancar meliputi kas, piutang, persediaan, dan aset lancar lainnya yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun. Kewajiban lancar meliputi hutang usaha, hutang jangka pendek, dan kewajiban lancar lainnya yang harus dibayar dalam waktu satu tahun.

Rumus dari Current Ratio adalah:

Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar

Semakin tinggi nilai Current Ratio, semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek.

Namun, nilai Current Ratio yang terlalu tinggi juga tidak selalu baik karena dapat menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan sumber daya dengan efisien dan membiarkan kas menganggur.

Idealnya, Current Ratio perusahaan sebaiknya berada di kisaran 1,5-2,5.

1.2 Quick Ratio

Quick Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek dengan mengabaikan persediaan.

Persediaan seringkali sulit diubah menjadi kas dalam waktu singkat, sehingga Quick Ratio dianggap lebih akurat daripada Current Ratio dalam menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek.

Rumus dari Quick Ratio adalah:

Quick Ratio = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Kewajiban Lancar

Semakin tinggi nilai Quick Ratio, semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka pendek tanpa harus menjual persediaan. Idealnya, Quick Ratio perusahaan sebaiknya berada di kisaran 1,0-1,5.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka panjang. Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total aktiva. Beberapa rasio solvabilitas yang umumnya digunakan antara lain:

2.1 Debt to Equity Ratio

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang mengukur seberapa besar proporsi modal asing atau kewajiban dalam perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri atau ekuitas.

Semakin tinggi nilai DER, semakin besar proporsi kewajiban dibandingkan dengan modal sendiri, yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih bergantung pada dana pinjaman.

Rumus dari DER adalah:

DER = Total Kewajiban / Ekuitas

Semakin rendah nilai DER, semakin rendah risiko kebangkrutan perusahaan karena memiliki lebih banyak modal sendiri untuk menutupi kewajiban.

Namun, perusahaan dengan DER yang terlalu rendah mungkin tidak memaksimalkan potensi pertumbuhan mereka karena kurang memanfaatkan dana pinjaman untuk investasi. Idealnya, DER perusahaan sebaiknya berada di kisaran 0,5-1,5.

2.2 Debt to Asset Ratio

Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang mengukur seberapa besar proporsi total kewajiban dalam perusahaan dibandingkan dengan total aktiva.

Semakin tinggi nilai DAR, semakin besar proporsi total kewajiban dalam perusahaan dibandingkan dengan total aset, yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak utang.

Rumus dari DAR adalah:

DAR = Total Kewajiban / Total Aktiva

Semakin rendah nilai DAR, semakin rendah risiko kebangkrutan perusahaan karena memiliki lebih banyak aset daripada kewajiban.

Namun, perusahaan dengan DAR yang terlalu rendah mungkin juga tidak memaksimalkan potensi pertumbuhan mereka karena kurang memanfaatkan dana pinjaman untuk investasi. Idealnya, DAR perusahaan sebaiknya berada di kisaran 0,3-0,6.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari operasi bisnisnya. Rasio profitabilitas dapat dihitung dengan membandingkan laba perusahaan dengan berbagai faktor seperti total aktiva atau ekuitas perusahaan.

Beberapa rasio profitabilitas yang umumnya digunakan antara lain:

3.1 Return on Equity

Return on Equity (ROE) adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih perusahaan dibandingkan dengan ekuitas atau modal sendiri.

ROE memberikan gambaran tentang seberapa efektif perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROE, semakin efisien penggunaan modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan laba.

Rumus dari ROE adalah:

ROE = Laba Bersih / Ekuitas

Untuk melihat kinerja keuangan yang lebih baik, ROE sebaiknya berada di atas rata-rata industri dan stabil dari waktu ke waktu. ROE yang stabil menunjukkan bahwa perusahaan mampu mempertahankan tingkat profitabilitasnya.

3.2 Return on Assets

Return on Assets( ROA) adalah rasio yang mengukur seberapa besar laba bersih perusahaan dibandingkan dengan total aktiva. ROA memberikan gambaran tentang seberapa efektif perusahaan menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA, semakin efisien perusahaan menggunakan asetnya dalam menghasilkan laba.

Rumus dari ROA adalah:

ROA = Laba Bersih / Total Aktiva

Untuk melihat kinerja keuangan yang lebih baik, ROA sebaiknya berada di atas rata-rata industri dan stabil dari waktu ke waktu.

ROA yang stabil menunjukkan bahwa perusahaan mampu mempertahankan tingkat profitabilitasnya tanpa harus meningkatkan penggunaan aset secara signifikan.

Dalam analisis neraca, tidak hanya rasio keuangan saja yang harus diperhatikan. Analis juga harus memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, seperti kondisi ekonomi dan industri, persaingan, dan peraturan pemerintah.

Analisis neraca sangat penting dalam membantu perusahaan dalam mengambil keputusan strategis yang berkaitan dengan keuangan.

Dengan memahami rasio keuangan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan, perusahaan dapat mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dan mengurangi risiko keuangan yang mungkin terjadi di masa depan.

Cara Membuat Neraca

1. Langkah-langkah pembuatan neraca

Berikut adalah langkah-langkah pembuatan neraca:

1.1 Tentukan Format Neraca

Pilih format neraca yang tepat. Ada dua format neraca, yaitu format horizontal dan format vertikal. Pastikan format neraca yang dipilih dapat memudahkan pengelompokan dan penghitungan aset dan kewajiban dengan baik.

1.2. Pisahkan antara Aktiva dan Kewajiban

Pisahkan antara aktiva dan kewajiban. Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban adalah hutang yang harus dibayar oleh perusahaan.

1.3. Kelompokkan Aktiva dan Kewajiban

Kelompokkan aktiva ke dalam beberapa kategori, seperti aktiva lancar, aktiva tetap, investasi jangka pendek, dan lain-lain. Kelompokkan juga kewajiban ke dalam beberapa kategori, seperti kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, dan lain-lain.

1.4. Hitung total aktiva dan kewajiban

Hitung total untuk setiap kategori aktiva dan kewajiban. Pastikan setiap jumlah yang tertera benar dan akurat.

1.5 Hitung Ekuitas

Hitung ekuitas dengan mengurangi total kewajiban dari total aktiva. Ekuitas merupakan bagian dari aset perusahaan yang dimiliki oleh pemilik atau investor.

1.6 Rangkum Hasil

Rangkum hasil neraca, termasuk total aktiva, total kewajiban, dan ekuitas. Pastikan hasil neraca yang dihasilkan akurat dan dapat dipahami dengan mudah.

2. Contoh Penyusunan Neraca

NERACA
Per 31 Desember 20XX
A. AKTIVA 
1. Aktiva Lancar 
– Kas dan BankRp 50.000.000
– Piutang UsahaRp 20.000.000
– Persediaan BarangRp 10.000.000
Total Aktiva LancarRp 80.000.000
 
2. Aktiva Tetap 
– TanahRp 30.000.000
– BangunanRp 50.000.000
Total Aktiva TetapRp 80.000.000
Total AktivaRp 160.000.000
 
B. KEWAJIBAN DAN EKUITAS 
1. Kewajiban Lancar 
– Hutang UsahaRp 15.000.000
– Hutang BankRp 10.000.000
Total Kewajiban LancarRp 25.000.000
 
2. Kewajiban Jangka Panjang 
– Pinjaman BankRp 40.000.000
Total Kewajiban Jangka PanjangRp 40.000.000
 
3. Ekuitas 
– ModalRp 95.000.000
– Laba DitahanRp 0
Total EkuitasRp 95.000.000
 
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITASRp 160.000.000

Penjelasan: Pada contoh di atas, neraca terdiri dari dua bagian utama yaitu Aktiva dan Kewajiban dan Ekuitas. Aktiva dipecah lagi menjadi Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap. Kewajiban juga dibagi menjadi Kewajiban Lancar dan Kewajiban Jangka Panjang.

Pada bagian Aktiva Lancar terdapat tiga jenis aktiva yaitu Kas dan Bank, Piutang Usaha, dan Persediaan Barang. Total aktiva lancar dihitung dengan menjumlahkan ketiga jenis aktiva tersebut.

Pada bagian Aktiva Tetap terdapat dua jenis aktiva yaitu Tanah dan Bangunan. Total aktiva tetap dihitung dengan menjumlahkan kedua jenis aktiva tersebut. Total Aktiva dihitung dengan menjumlahkan Total Aktiva Lancar dan Total Aktiva Tetap.

Pada bagian Kewajiban dan Ekuitas terdapat tiga jenis pos yaitu Kewajiban Lancar, Kewajiban Jangka Panjang, dan Ekuitas. Kewajiban Lancar dihitung dengan menjumlahkan Hutang Usaha dan Hutang Bank. Kewajiban Jangka Panjang dihitung dengan menjumlahkan Pinjaman Bank.

Ekuitas terdiri dari dua jenis yaitu Modal dan Laba Ditahan. Total ekuitas dihitung dengan menjumlahkan Modal dan Laba Ditahan. Total Kewajiban dan Ekuitas dihitung dengan menjumlahkan Total Kewajiban dan Total Ekuitas.

Kesimpulan

Neraca adalah sebuah laporan keuangan yang digunakan untuk mencatat dan menunjukkan posisi keuangan suatu entitas pada suatu waktu tertentu. Neraca terdiri dari dua bagian utama, yaitu aktiva (asset) dan pasiva (liabilitas dan ekuitas).

Aktiva mencakup semua sumber daya atau aset yang dimiliki oleh entitas, seperti kas, piutang, inventaris, dan aset tetap. Sedangkan, pasiva mencakup semua kewajiban atau hutang yang dimiliki oleh entitas, seperti utang, hutang dagang, dan liabilitas jangka panjang.

Ekuitas, bagian ketiga dari neraca, mencakup modal pemilik, saham preferen, dan cadangan. Ekuitas merupakan selisih antara total aktiva dan total pasiva.

Dengan memeriksa neraca, pemangku kepentingan seperti investor, kreditur, dan manajemen dapat memperoleh gambaran tentang kemampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya serta tingkat likuiditas dan solvabilitasnya.

Secara keseluruhan, neraca merupakan alat yang penting bagi entitas dan pemangku kepentingan dalam mengukur kesehatan keuangan suatu entitas dan membuat keputusan bisnis yang tepat.